Loading...

Perayaan Ka?hina: Menghormati Tradisi dan Memperkuat Komunitas Buddha

Ka?hina (bahasa Pali) adalah salah satu hari raya penting dalam Buddhisme yang dirayakan pada akhir masa Vassa, biasanya pada bulan Oktober. Perayaan ini menandai berakhirnya masa Vassa dan dimulainya masa Ka?hina. Ka?hina menjadi momen bagi umat awam untuk berderma atau berdana kepada para biksu sebagai ungkapan rasa syukur. Selama perayaan, umat Buddha biasanya mengunjungi wihara dengan membawa donasi, seperti jubah atau pakaian baru, untuk diberikan kepada para biksu.

Asal Usul Kathina

Pada Hari Kathina, umat Buddha di seluruh dunia merayakan berakhirnya masa Vassa dengan penuh sukacita. Kathina menjadi momen bagi umat untuk berderma kepada para Bhikkhu dan Bhikkhuni, mempersembahkan kebutuhan pokok seperti jubah, makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal.

Ka?hina, dalam bahasa Pali, merujuk pada bingkai kayu yang digunakan untuk mengukur panjang dan lebar potongan jubah para biksu. Menurut legenda, ada tiga puluh biksu yang sedang dalam perjalanan untuk bertemu Sang Buddha dan menghabiskan masa Vassa bersama. Namun, mereka terpaksa berhenti di Saketa karena hujan turun sebelum mereka tiba, sesuai dengan aturan Sang Buddha yang melarang perjalanan selama Vassa agar tidak merusak tumbuhan atau binatang secara tidak sengaja.

Selama masa Vassa, para biksu tersebut menjalani praktik dhamma dengan baik dan tetap harmonis. Sebagai penghargaan atas keberhasilan mereka, Sang Buddha memberikan beberapa lembar kain yang diperoleh dari umat awam dan mengajarkan cara berbagi serta bermurah hati. Ia memerintahkan mereka membuat jubah dari kain tersebut menggunakan bingkai kayu, yang dikenal sebagai Ka?hina.

Pada zaman Buddha Gautama, para Bhikkhu mengumpulkan makanan melalui pindapata, namun karena bahaya yang dihadapi saat malam, Buddha menetapkan aturan pindapata hanya dilakukan pagi hari. Selama musim hujan, para Bhikkhu diwajibkan berdiam di wihara untuk bermeditasi, menjaga agar tidak merusak binatang atau tumbuhan, dan memperdalam praktik Dhamma.

Kathina dana dilakukan dengan penuh keikhlasan sebagai bentuk kebajikan dan penghormatan, memberi manfaat besar bagi perkembangan ajaran Buddha Dhamma. Selain pembinaan rohani, umat Buddha juga diingatkan pentingnya mengamalkan ajaran dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat Buddha di Indonesia, penting untuk hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain, menjaga harmoni, dan menghadapi tantangan zaman dengan pengetahuan dan kebijaksanaan.

Perayaan Hari Kathina

Dalam merayakan Kathina, umat dan simpatisan Buddhis, termasuk bhikkhu, sebaiknya merenungkan beberapa hal berikut:

  1. Umat Buddha biasanya mempersiapkan persembahan Kathina jauh sebelumnya. Misalnya, seorang anak Sekolah Dasar menyisihkan uang saku untuk membeli jubah bhikkhu yang dipersembahkan di vihara. Niat baik ini menumbuhkan karma yang akan membawanya kebahagiaan.
  2. Saat menghadiri Perayaan Kathina dengan lebih dari satu bhikkhu, umat dapat memilih untuk mempersembahkan dana kepada bhikkhu yang mereka sukai. Proses ini melatih mereka untuk memberi tanpa memilih, bahkan kepada bhikkhu yang tidak dikenal. Pemberian seharusnya demi kebaikan itu sendiri, bukan karena hubungan pribadi.
  3. Persembahan Dana Kathina juga meningkatkan kesadaran umat tentang pentingnya para bhikkhu, yang menjalankan Buddha Dhamma dan membagikannya untuk membahagiakan makhluk. Dengan memberi, umat mendukung kelestarian Sangha dan Buddha Dhamma.
  4. Bagi para bhikkhu, yang kehidupannya bergantung pada kebajikan umat, penting untuk menyadari bahwa setelah lebih dari tujuh tahun berbhikkhu, seluruh sel tubuh mereka berasal dari dukungan umat. Ini menekankan bahwa bhikkhu tidak dapat hidup tanpa umat.
  5. Meskipun tidak boleh menjadi 'pesuruh,' para bhikkhu perlu merenungkan cara membalas kebajikan umat. Dengan pemahaman ini, mereka harus lebih tekun dalam melaksanakan Buddha Dhamma dan berusaha memberikan manfaat bagi umat, menjadi ladang subur bagi kebajikan, dan mencapai kesucian atau Nibbana dalam hidup ini.

Makna Perayaan Hari Kathina

Umat Buddha wajib melestarikan ajaran Sang Buddha, salah satunya melalui peringatan Hari Raya Kathina yang diadakan setelah masa Vassa.

Vassa adalah praktik di mana para bhikkhu berdiam di satu tempat selama musim hujan untuk menghindari bahaya dan kerusakan pada tumbuhan serta makhluk hidup. Selama waktu ini, mereka fokus pada penyempurnaan s?la melalui meditasi. Setelah Vassa, umat Buddha merayakan Kathina (Oktober-November) sebagai ungkapan syukur dengan memberikan empat kebutuhan pokok kepada bhikkhu: (1) jubah (civara), (2) makanan (pindapata), (3) tempat tinggal (senasana), dan (4) obat-obatan (bhesajja).

Pemberian dana Kathina harus dilakukan dengan keyakinan dan kebahagiaan. Praktik ini diyakini mendatangkan manfaat, seperti kecantikan dan banyak pengikut (Nidhikanda Sutta, SN.1;8). Dana juga membantu mengikis sifat serakah dan kebencian, serta memastikan bahwa barang yang diberikan berasal dari perbuatan baik.

Berdana kepada sangha adalah ladang subur yang mendukung kehidupan suci. Hubungan mutualisme antara sangha dan umat rumah tangga perlu dijaga melalui saling menghormati, sehingga semua pihak dapat meningkatkan kualitas batin dan melestarikan agama Buddha.

Sumber:

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Ka%E1%B9%ADhina.
  2. https://kemenag.go.id/buddha/makna-kathina-vafto.
  3. https://www.walubi.or.id/wacana/05/10/1475/2019/
  4. https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/makna-perayaan-kathina-2/

Perayaan Ka?hina: Menghormati Tradisi dan Memperkuat Komunitas Buddha

Ka?hina (bahasa Pali) adalah salah satu hari raya penting dalam Buddhisme yang dirayakan pada akhir masa Vassa, biasanya pada bulan Oktober. Perayaan ini menandai berakhirnya masa Vassa dan dimulainya masa Ka?hina. Ka?hina menjadi momen bagi umat awam untuk berderma atau berdana kepada para biksu sebagai ungkapan rasa syukur. Selama perayaan, umat Buddha biasanya mengunjungi wihara dengan membawa donasi, seperti jubah atau pakaian baru, untuk diberikan kepada para biksu.

Asal Usul Kathina

Pada Hari Kathina, umat Buddha di seluruh dunia merayakan berakhirnya masa Vassa dengan penuh sukacita. Kathina menjadi momen bagi umat untuk berderma kepada para Bhikkhu dan Bhikkhuni, mempersembahkan kebutuhan pokok seperti jubah, makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal.

Ka?hina, dalam bahasa Pali, merujuk pada bingkai kayu yang digunakan untuk mengukur panjang dan lebar potongan jubah para biksu. Menurut legenda, ada tiga puluh biksu yang sedang dalam perjalanan untuk bertemu Sang Buddha dan menghabiskan masa Vassa bersama. Namun, mereka terpaksa berhenti di Saketa karena hujan turun sebelum mereka tiba, sesuai dengan aturan Sang Buddha yang melarang perjalanan selama Vassa agar tidak merusak tumbuhan atau binatang secara tidak sengaja.

Selama masa Vassa, para biksu tersebut menjalani praktik dhamma dengan baik dan tetap harmonis. Sebagai penghargaan atas keberhasilan mereka, Sang Buddha memberikan beberapa lembar kain yang diperoleh dari umat awam dan mengajarkan cara berbagi serta bermurah hati. Ia memerintahkan mereka membuat jubah dari kain tersebut menggunakan bingkai kayu, yang dikenal sebagai Ka?hina.

Pada zaman Buddha Gautama, para Bhikkhu mengumpulkan makanan melalui pindapata, namun karena bahaya yang dihadapi saat malam, Buddha menetapkan aturan pindapata hanya dilakukan pagi hari. Selama musim hujan, para Bhikkhu diwajibkan berdiam di wihara untuk bermeditasi, menjaga agar tidak merusak binatang atau tumbuhan, dan memperdalam praktik Dhamma.

Kathina dana dilakukan dengan penuh keikhlasan sebagai bentuk kebajikan dan penghormatan, memberi manfaat besar bagi perkembangan ajaran Buddha Dhamma. Selain pembinaan rohani, umat Buddha juga diingatkan pentingnya mengamalkan ajaran dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat Buddha di Indonesia, penting untuk hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain, menjaga harmoni, dan menghadapi tantangan zaman dengan pengetahuan dan kebijaksanaan.

Perayaan Hari Kathina

Dalam merayakan Kathina, umat dan simpatisan Buddhis, termasuk bhikkhu, sebaiknya merenungkan beberapa hal berikut:

  1. Umat Buddha biasanya mempersiapkan persembahan Kathina jauh sebelumnya. Misalnya, seorang anak Sekolah Dasar menyisihkan uang saku untuk membeli jubah bhikkhu yang dipersembahkan di vihara. Niat baik ini menumbuhkan karma yang akan membawanya kebahagiaan.
  2. Saat menghadiri Perayaan Kathina dengan lebih dari satu bhikkhu, umat dapat memilih untuk mempersembahkan dana kepada bhikkhu yang mereka sukai. Proses ini melatih mereka untuk memberi tanpa memilih, bahkan kepada bhikkhu yang tidak dikenal. Pemberian seharusnya demi kebaikan itu sendiri, bukan karena hubungan pribadi.
  3. Persembahan Dana Kathina juga meningkatkan kesadaran umat tentang pentingnya para bhikkhu, yang menjalankan Buddha Dhamma dan membagikannya untuk membahagiakan makhluk. Dengan memberi, umat mendukung kelestarian Sangha dan Buddha Dhamma.
  4. Bagi para bhikkhu, yang kehidupannya bergantung pada kebajikan umat, penting untuk menyadari bahwa setelah lebih dari tujuh tahun berbhikkhu, seluruh sel tubuh mereka berasal dari dukungan umat. Ini menekankan bahwa bhikkhu tidak dapat hidup tanpa umat.
  5. Meskipun tidak boleh menjadi 'pesuruh,' para bhikkhu perlu merenungkan cara membalas kebajikan umat. Dengan pemahaman ini, mereka harus lebih tekun dalam melaksanakan Buddha Dhamma dan berusaha memberikan manfaat bagi umat, menjadi ladang subur bagi kebajikan, dan mencapai kesucian atau Nibbana dalam hidup ini.

Makna Perayaan Hari Kathina

Umat Buddha wajib melestarikan ajaran Sang Buddha, salah satunya melalui peringatan Hari Raya Kathina yang diadakan setelah masa Vassa.

Vassa adalah praktik di mana para bhikkhu berdiam di satu tempat selama musim hujan untuk menghindari bahaya dan kerusakan pada tumbuhan serta makhluk hidup. Selama waktu ini, mereka fokus pada penyempurnaan s?la melalui meditasi. Setelah Vassa, umat Buddha merayakan Kathina (Oktober-November) sebagai ungkapan syukur dengan memberikan empat kebutuhan pokok kepada bhikkhu: (1) jubah (civara), (2) makanan (pindapata), (3) tempat tinggal (senasana), dan (4) obat-obatan (bhesajja).

Pemberian dana Kathina harus dilakukan dengan keyakinan dan kebahagiaan. Praktik ini diyakini mendatangkan manfaat, seperti kecantikan dan banyak pengikut (Nidhikanda Sutta, SN.1;8). Dana juga membantu mengikis sifat serakah dan kebencian, serta memastikan bahwa barang yang diberikan berasal dari perbuatan baik.

Berdana kepada sangha adalah ladang subur yang mendukung kehidupan suci. Hubungan mutualisme antara sangha dan umat rumah tangga perlu dijaga melalui saling menghormati, sehingga semua pihak dapat meningkatkan kualitas batin dan melestarikan agama Buddha.

Sumber:

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Ka%E1%B9%ADhina.
  2. https://kemenag.go.id/buddha/makna-kathina-vafto.
  3. https://www.walubi.or.id/wacana/05/10/1475/2019/
  4. https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/makna-perayaan-kathina-2/