Loading...

Otak Popcorn: Pengaruh Teknologi pada Kesehatan Otak

"Otak Popcorn" adalah istilah yang mencerminkan keprihatinan terhadap bagaimana teknologi modern dan budaya digital dapat berdampak pada fungsi kognitif dan kesejahteraan mental.

"Otak Popcorn" mengacu pada rentang perhatian yang terfragmentasi dan efek kognitif yang terkait dengan paparan terus-menerus terhadap rangsangan digital dan informasi yang berlebihan.

1. Dampak negatif pada Manusia

Penggunaan teknologi secara berlebihan, termasuk ponsel pintar, komputer, dan media sosial dapat menyebabkan :

  1. Berkurangnya rentang perhatian.
  2. Berkurangnya kemampuan kognitif.
  3. Meningkatnya stres dan kecemasan.
  4. Gangguan pola tidur.
  5. Penurunan kemampuan fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

2. Pengobatan

Perawatan untuk otak popcorn atau gejala terkaitnya adalah :

  1. Mengurangi waktu menatap layar.
  2. Membatasi paparan perangkat digital.
  3. Melatih kesadaran dan meditasi.
  4. Melakukan aktivitas fisik secara teratur.
  5. Memprioritaskan kualitas tidur.
  6. Mencari terapi atau konseling profesional jika diperlukan.

3. Pencegahan

Tindakan pencegahan termasuk :

  1. Mengurangi waktu menatap layar.
  2. Menetapkan batasan dalam penggunaan teknologi.
  3. Menetapkan waktu dan zona bebas layar.
  4. Mempraktikkan detoksifikasi digital.
  5. Membina hubungan sosial di dunia nyata.
  6. Melakukan hobi dan aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan mental.
  7. Tetap memperhatikan kebiasaan digital.

4. Kapan harus Menemui Dokter?

  1. Mereka yang mengalami gangguan signifikan dalam fungsi sehari-hari.
  2. Kesulitan kognitif yang terus-menerus.
  3. Masalah kesehatan mental terkait penggunaan teknologi.

Mereka dalam golongan ini harus mempertimbangkan untuk mencari pertolongan medis dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau spesialis kesehatan mental.

Tergantung pada gejala dan kekhawatiran spesifiknya, Dokter yang dapat ditemui untuk berkonsultasi adalah dari berbagai profesional kesehatan, termasuk dokter perawatan primer, psikolog, psikiater, ahli saraf, atau terapis yang berspesialisasi dalam terapi perilaku kognitif (CBT) atau kecanduan digital.

Penting untuk mengatasi kekhawatiran terkait penggunaan teknologi dan kesehatan otak secara proaktif untuk menjaga kesejahteraan dan fungsi kognitif secara keseluruhan di era digital.


Rehat Sejenak, Pergi Travelling bersama keluarga bareng Simas Travel Domestic atau Simas Travel Overseas yuk.

Bisa juga kulineran dalam Kota naik kendaraan yang diproteksi Simas Mobil dan Simas Motor .

Sumber :

  1. Small, G. W., Moody, T. D., Siddarth, P., Bookheimer, S. Y., & Lavretsky, H. (2009). Your brain on Google: patterns of cerebral activation during internet searching. The American Journal of Geriatric Psychiatry, 17(2), 116-126

  2. Rosen, L. D., Carrier, L. M., & Cheever, N. A. (2013). Facebook and texting made me do it: Media-induced task-switching while studying. Computers in Human Behavior, 29(3), 948-958

  3. Harvard Health Publishing. (2012). Blue light has a dark side.

Otak Popcorn: Pengaruh Teknologi pada Kesehatan Otak

"Otak Popcorn" adalah istilah yang mencerminkan keprihatinan terhadap bagaimana teknologi modern dan budaya digital dapat berdampak pada fungsi kognitif dan kesejahteraan mental.

"Otak Popcorn" mengacu pada rentang perhatian yang terfragmentasi dan efek kognitif yang terkait dengan paparan terus-menerus terhadap rangsangan digital dan informasi yang berlebihan.

1. Dampak negatif pada Manusia

Penggunaan teknologi secara berlebihan, termasuk ponsel pintar, komputer, dan media sosial dapat menyebabkan :

  1. Berkurangnya rentang perhatian.
  2. Berkurangnya kemampuan kognitif.
  3. Meningkatnya stres dan kecemasan.
  4. Gangguan pola tidur.
  5. Penurunan kemampuan fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

2. Pengobatan

Perawatan untuk otak popcorn atau gejala terkaitnya adalah :

  1. Mengurangi waktu menatap layar.
  2. Membatasi paparan perangkat digital.
  3. Melatih kesadaran dan meditasi.
  4. Melakukan aktivitas fisik secara teratur.
  5. Memprioritaskan kualitas tidur.
  6. Mencari terapi atau konseling profesional jika diperlukan.

3. Pencegahan

Tindakan pencegahan termasuk :

  1. Mengurangi waktu menatap layar.
  2. Menetapkan batasan dalam penggunaan teknologi.
  3. Menetapkan waktu dan zona bebas layar.
  4. Mempraktikkan detoksifikasi digital.
  5. Membina hubungan sosial di dunia nyata.
  6. Melakukan hobi dan aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan mental.
  7. Tetap memperhatikan kebiasaan digital.

4. Kapan harus Menemui Dokter?

  1. Mereka yang mengalami gangguan signifikan dalam fungsi sehari-hari.
  2. Kesulitan kognitif yang terus-menerus.
  3. Masalah kesehatan mental terkait penggunaan teknologi.

Mereka dalam golongan ini harus mempertimbangkan untuk mencari pertolongan medis dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau spesialis kesehatan mental.

Tergantung pada gejala dan kekhawatiran spesifiknya, Dokter yang dapat ditemui untuk berkonsultasi adalah dari berbagai profesional kesehatan, termasuk dokter perawatan primer, psikolog, psikiater, ahli saraf, atau terapis yang berspesialisasi dalam terapi perilaku kognitif (CBT) atau kecanduan digital.

Penting untuk mengatasi kekhawatiran terkait penggunaan teknologi dan kesehatan otak secara proaktif untuk menjaga kesejahteraan dan fungsi kognitif secara keseluruhan di era digital.


Rehat Sejenak, Pergi Travelling bersama keluarga bareng Simas Travel Domestic atau Simas Travel Overseas yuk.

Bisa juga kulineran dalam Kota naik kendaraan yang diproteksi Simas Mobil dan Simas Motor .

Sumber :

  1. Small, G. W., Moody, T. D., Siddarth, P., Bookheimer, S. Y., & Lavretsky, H. (2009). Your brain on Google: patterns of cerebral activation during internet searching. The American Journal of Geriatric Psychiatry, 17(2), 116-126

  2. Rosen, L. D., Carrier, L. M., & Cheever, N. A. (2013). Facebook and texting made me do it: Media-induced task-switching while studying. Computers in Human Behavior, 29(3), 948-958

  3. Harvard Health Publishing. (2012). Blue light has a dark side.